Aku Yang Memberi, Tapi Selainku yang Disyukuri

By | 03 August 2023 11:35:13 | 274 | 0
ilustrasi oleh pexels
ilustrasi oleh pexels

Qolallaahu ta’ala, innal jinna wal insa fii nabain azhim. Akhluquhu wa ya’budu ghoirii. Wa arzuquhu, wa yasykuru ghorii (Rowaahu al Baihaqi ‘an Abi Darda)

 

Artinya: “Allah SWT berfirman, sesungguhnya jin dan manusia dalam berita (bahaya) besar. Aku yang menciptakannya tapi dia menyembah selain-Ku. Dan Aku yang memberinya rezeki, tetapi ia bersyukur kepada selain-Ku.” (HR. Al-Baihaqi dari Abi Darda) 

Hadits ini merupakan hadits Qudsi yang memperingatkan manusia yang salah jalan atau salah langkah. Manusia dan jin banyak yang tidak benar. Buktinya, sudah jelas yang menciptakan mereka adalah Allah, tapi mereka banyak yang menyembah selain Allah. Maka ini disebut bahaya besar. Karena pasti Allah akan murka. Ibarat, seorang suami yang memberi nafkah dan mencukupi kebutuhan istrinya, tapi istrinya justru melayani laki-laki lain. Pasti sang suami akan tidak terima.

 

Kalau bukan pencipta, berarti ciptaan. Manusia adalah ciptaan. Selain Allah semuanya ciptaan. Lha kalau ciptaan menyembah sesama ciptaan ini namanya turun derajat. Makhluk yang disembah, berarti diangkat derajatnya seperi Khaliq (pencipta). Dan, sama halnya juga menurunkan derajat Allah, sebagai pencipta yang disamakan dengan makhluk-Nya. 

Nabi Isa adalah makhluk Allah. Kalau Nabi Isa dianggap tuhan sama dengan Allah lalu disembah, jelas ini salah besar. Ini juga Nabi Isa AS juga sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an dengan tegas menyatakan, “Aku mengembalikan penglihatan seorang yang buta dan aku menyembuhkan orang yang sakit dengan izin Allah. Dan Aku menghidupkan orang mati dengan izin Allah”.

 

Keyakinan kita tentang kehebatan dan kemukjizatan Nabi Muhammad tidak boleh menyebabkan kita menuhankan beliau. Sebaliknya, meskipun dengan alasan menjaga tauhid, kita tidak boleh mengingkari kehebatan dan kemukjzatan beliau. Demikian juga kita juga percaya dengan karomah para wali. Namun kita tetap meyakini bahwa semuanya semata terjadi atas izin Allah. Jadi jangan sampai berlebihan meyakini karomah para wali sampai lupa kepada Allah. Jangan lupa yang bisa menentukan semuanya hanya Allah. Sebaliknya, kita tidak boleh mengingkari adanya karomah dan barokah para wali. Berlebihan meyakini kehebatan karomah para wali sampai lupa kepada Allah, ini tentu salah. Mengingkari karomah karena alasan tauhid, juga salah, karena tidak sesuai syariat

 

TAG