Menjadi Keluarga yang Sederhana, Jurus Mengerem Keinginan

By Admin Mediaummat | 06 September 2023 09:07:21 | 17 | 0
Muslim
Muslim

Menjadi Keluarga yang Sederhana

Jurus Mengerem Keinginan

Umumnya manusia seneng kekayaan. Siapa yang tidak mau hidup enak. Siapa yang tidak mau punya duwit banyak. Siapa yang tidak mau punya rumah mewah dan kendaraan pribadi yang mengkilat. Siapa yang tidak mau berpenampilan bonafid. Wong biasanya kalau lihat orang lain hidup sukses dan bergelimang harta banyak diantara kita yang ngiler alias iri.

Kalau sudah punya kekayaan, orang biasanya ingin hidup bermewah-mewahan. Tidak mau sederhana. Semuanya harus berkelas dan tidak mau yang murahan. Seperti yang terjadi pada Mas Tajir. Maklum Mas Tajir baru jadi orang kaya setelah jadi pengusaha sukses. Takut kalau tidak dikatakan orang kaya, Mas Tajir  akhirnya tampil habis-habisan, apalagi istrinya yang memang senang tampil glamour tambah manas-manasi. Pakaiannya harus yang paling mahal. Bayangkan pakaian saja harganya jutaan. Bandingkan dengan pakaian wanita paling mulia, Siti Fatimah saat menikah, di pakaiannya ada 12 tambalan bu. Sudah pakaiannya jutaan, jumlahnya juga segudang. Gimana nggak segudang, wong setiap ada acara beli baju baru. Ada manten, beli baju baru. Ada arisan beli baju lagi. Mau ngelancong ke luar negeri beli baju lagi. Tahun baru juga beli baju baru. Padahal banyak keluarga lain yang tidak punya pakaian. Yang ada juga sudah tidak layak pake.

Rumah Mas Tajer juga paling ngejreng. Luasnya cukup untuk orang tiga RT.  Dengan pekakas rumah yang serba wah. Padahal yang tinggal di rumah cuma orang empat. Dan rumahnya juga jarang ditempati, wong senengannya tidur di hotel atau di villa. Untuk urusan kendaraan jangan ditanya. Dia paling suka mengejar mobil  yang paling  anyar.  Setiap ada model terbaru dia ganti mobil. Harganya juga selangit, bukan jutaan tapi ratusan juta bahkan miliaran.

Mungkin masih banyak model-model seperti Mas Tajer, yang suka hidup mewah. Budaya hidup mewah telah merasuki  masyarakat. Apalagi masyarakat  setiap hari dicekoki tayangan-tayangan yang menampilkan kemewahan. Coba saja lihat, sinetron-sinetron semuanya menampilkan rumah-rumah mewah, mobil-mobil mengkilat, pakaian dan gaya hidup glamor. Jangan heran kalau anak-anak semakin keranjingan berpenampilan serba gaya dan wah.

Jurus Jitu Untuk Mengerem Keinginan

Manusia memang sudah diberi nafsu. Dan nafsu itu pula yang telah mendorong manusia mendewa-dewakan segala kemewahan. Padahal yang namanya kemauan kecuali kalau sudah mati apalagi dikipas-kipasi oleh setan. Untuk mengerem macam-macam keinginan, kita coba menggunakan rumusannya Sunan Kalijogo, yaitu rumus, “Gae opo” (untuk apa). Jadi kalau kita ingin sesuatu apalagi barang-barang yang tidak terlalu penting dan  mewah, tanyakan dulu pada hati kita yang paling dalam, “gae opo”. Misalnya ada mobil bagus, sementara kita sudah punya mobil yang cukupan, lalu kita ngebet ingin mobil baru tersebut, tanyakan dulu pada hati nurani kita, “gae opo”, untuk apa saya beli mobil baru ini. Apakah betul-betul saya butuhkan atau hanya gaya-gayaan, apakah tanpa mobil baru ini saya tidak bisa hidup bahagia”. 

Kadang kita ini lebih suka dengan bungkus dari pada isi dan manfaatnya, akibatnya kita terobsesi sesuatu yang kelihatan mewah. Misalnya rumah. Rumah kan yang penting manfaatnya, bisa dihuni dengan tenang. Kalau rumah tipe 71 sudah cuku kenapa harus memaksakan diri ingin punya rumah mewah dengan kolam renang dan fasilitas serba wah.

Islam mengajarkan kesederhanaan. Kanjeng Nabi dan para sahabatpun hidup sederhana dan bersahaja meskipun mereka sebenarnya bisa hidup mewah. Walaupun ada sahabat yang kaya raya, kekayaannya tidak membuat dia bermewah-mewahan. Dihiasi dengan semangat ajaran agama. Allah SWT melarang kita untuk berlebih-lebihan. Allah SWT berfirman: Makanlah  dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila ia berbuah dan tunaikanlah haknya di hari memetiknya (mengelurkan zakatnya)dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan (QS. Al-An’am: 141).  

Orang yang tidak suka bermeah-mewahan, maka hartanya yang banyak itu akan dia infakkan untuk tabungan akhirat.  Sebaliknya, kalau orang sudah keranjingan penampilan serba wah, dia  akan sulit merogoh sakunya untuk beramal, sebab yang dipikirannya hanyalah bagaimana bisa terus menjaga penampilan berinfak Biasanya.

 

 

TAG