Di antara hamba Allah yang kelak akan mendapatkan naungan-Nya pada hari kiamat adalah mereka yang saling mencintai karena Allah (ورجُلانِ تحابَّا في اللهِ).

Sejatinya cinta adalah fitrah. Ketika ia mengalir sesuai ajaran Allah, maka ia menjadi anugerah. Namun, kala ia tidak sejalan dengan ketentuan Allah, ia justru menjadi fitnah.

Lantas, bagaimana hakikat saling mencintai karena Allah? 

قال ابن عثيمين رحمه الله:

"المتحابين في الله لا يقطع محبتهم في الله شيء من أمور الدنيا، وإنما هم متحابون في الله لا يفرقهم إلا الموت، حتى لو أن بعضهم أخطأ على بعض، أو قصَّر في حق بعض، فإن هذا لا يهمهم." [شرح رياض الصالحين ٣/٢٦٣]

"Orang-orang yang saling mencintai karena Allah, tidak ada yang dapat memutuskan kasih sayang mereka karena urusan dunia. Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah, dan hanya kematian yang bisa memisahkan mereka. Bahkan jika salah satu dari mereka membuat kesalahan terhadap yang lain atau tidak memenuhi hak yang seharusnya, hal itu tidak mempengaruhi cinta mereka." [Sharh Riyād al-Ṣāliḥīn, 3/263]

Orang yang saling mencintai karena Allah; mereka bertemu karena ketaatan dan bersama-sama mencari keridhoan Allah. Bukan sekadar karena ada kepentingan dunia.

Pun kelak mereka akhirnya terpisahkan oleh adanya kematian, atau sebab adanya kepentingan akhirat yang perlu dirawat. Bukan hanya karena tidak berkesesuaian dalam urusan dunia.

Semoga Allah membimbing kita menjadi hamba-hamba-Nya yang saling mencintai karena Allah. Bertemu dan berpisah karena-Nya. Hingga akhirnya mendapatkan naungan-Nya di hari yang tiada naungan selain dari-Nya. Aamiin.

Jum'at, 1 Maret 2024
Abu Musa, Agus Fadilla Sandi