Cerbung: Tak Selamanya Indah Membawa Indah (Bagian 1)
By Opini Ummah | 11 July 2024 09:32:43 | 34 | 0Oleh : Budi S. Azzada
(Penulis Novel Nadzar-Nadzar Jiwa)
Wanita ayu itu terlihat payah. Al-Qur'an mengatakan wahnan ‘ala wahnin, payah di atas kepayahan. Gurat wajah bersih wanita itu menampakkan kecemasan dan kesedihan yang tak tertanggungkan. Sesekali ia usap perutnya yang telah membesar dengan tangan putihnya. Ini adalah kesekian kalinya datang ke klinik untuk memeriksakan kandungannya. Dan kesekian kali pula tak ada teman di sisinya. Tak ada laki-laki yang mengantar sebagaimana wanita-wanita yang duduk berjajar di depannya.
“Nomor sebelas..” teriak resepsionis klinik memanggil urutan.
Wanita itu hanya berdesis. Ia pandang sekali lagi kertas kecil yang ia genggam. Entah butuh waktu berapa jam lagi untuk sampai pada gilirannya yang memegang nomor 32. Pandangannya nanar. Tak jelas apa yang ia tuju dengan retina matanya. Bayangan-bayangan mencoba berkelebat memenuhi rongga lihatnya.
*****
Anak-anak SMU kelas XII IPS 2 telah berhamburan pulang. Kanita bergegas menjajari Indah yang tengah duduk di tangga kelas XII IPA. Tangannya sibuk pencet tuts-tuts HP dengan cepat. Agaknya ia telah paham setiap hurufnya. Kebiasaan yang membuatnya begitu.
“Minta jemput Mas Jefri?” tanya Kanita membuka obrolan.
”Nggak, Mas Jefri nggak bisa. Ini SMS Mas Erwin” jawabnya datar, ”Kamu sendiri gimana? Dijemput siapa?” Indah tanya balik. Ada ejekan yang tersembul dari tanya itu.
”Ah.. kau In. Siapa yang mau antar aku. Ya.. naik angkotlah, seperti biasanya”, tandas Kanita menimpali. Ia tak hiraukan cibiran itu. Wanita berkerudung itu mesem. Ia sangat menyadari tengah berhadapan dengan siapa. Seorang foto model. Dan, tak ada satu haripun yang tak dilalui Indah tanpa jemputan. Saban hari pasti akan ada cowok yang menjemputnya. Bahkan sejak mereka kelas X dulu. Kalau nggak Erwin, Jefri atau bisa juga terkadang.. ah apa urusannya. Terserahlah. Ia tak boleh iri dengan anugrah kecantikan yang diberikan Tuhan pada Indah. Segalanya ada kadar ujiannya masing-masing.
Kanitapun menyadari ia tak semujur Indah. Ia tak bisa seenaknya seperti Indah yang bila ingin sesuatu tinggal pencet HP lalu akan datang berbondong-bondong pertolongan dari para leleki. Wajahnya yang biasa tak bisa lakukan itu. Ia harus rela naik angkot dan jalan kaki sampai pegal-pegal, rela kerjakan tugas sendiri, atau bahkan rela hidup kesepian tanpa kehadiran cowok. Tapi adakah yang perlu disesali dengan segalanya. Tuhan pasti ada maksud. Tak ada yang ia ciptakan akan berujung sia-sia.
Popular News
-
By Melissa Kumalasari Djiono 29 November 2024 11:30:10
Tips Belajar Bahasa Mandarin Ala Laoshi Melissa
Latest News
-
By Melissa Kumalasari Djiono 29 November 2024 11:30:10
Tips Belajar Bahasa Mandarin Ala Laoshi Melissa