Ekatama bukan sekadar kumpulan kata, melainkan manifesto kebersamaan. “Satu jiwa” menggambarkan kesatuan batin yang melintasi latar belakang berbeda; “satu rasa” merujuk pada emosi yang universal—duka, cinta, harap, atau keraguan—yang mampu kita rasakan bersama meski dalam konteks yang tak sama; sementara “satu cerita” adalah narasi kolektif yang kita torehkan sebagai manusia, di mana setiap suara, sekecil apa pun, menjadi bagian dari epik yang tak terputus. Antologi ini berusaha menangkap detak jantung yang sama di balik keberagaman wajah dan lisan. Ada kisah seorang ibu di pedalaman yang merindukan anak perantauan, ada bisikan pemuda kota yang kehilangan arah, ada pula renungan seorang anak yang merefleksikan hidupnya. Semua bersatu dalam irama yang mengingatkan kita: kita tidak pernah benar-benar sendiri.

Buku ini akan segera hadir, pemesanan bisa melalui penerbitkbs.com