Cerbung: Tak Selamanya Indah Membawa Indah (Bagian 2)

By Opini Ummah | 11 July 2024 09:34:57 | 43 | 0
gambar dari pexels
gambar dari pexels

Oleh : Budi S. Azzada

(Penulis Novel Nadzar-Nadzar Jiwa)

Indah terisak. Perasaan kalut membuncah di rongga dadanya. Sesak rasanya. Matanya seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Dua strip merah pada stik yang ia genggam jelas menunjukkan sesuatu. Dan ia paham itu. Ia hamil. Oh.. ingin rasanya ia berlari menjauh agar matanya tak lagi memandang dua garis merah itu. Namun apakah bisa bila segalanya telah terjadi. Apa yang harus ia katakan pada orang tuanya. Apa yang harus ia jawab pada dunia. Semua seakan telah mencibirnya. Semua seakan telah berlari menjauh darinya. Dunia serasa runtuh menindihnya.

Ia angkat HP ungunya, ia panggil satu nomor. Erwin. Saat HP itu terangkat setelah berulang kali mencoba, ia angkat bicara dengan getir.

”Win, aku hamil..” ujarnya memelas.

”Apa? Enak saja kau katakan itu padaku” bentak Erwin tak perasaan, ”Tanya saja pada si Jefri atau siapa yang sering bersamamu. Tut. tut.. tut..” HP itu mati.

Indah kian kalut. Ia yakin ini adalah buah Erwin, ini adalah buah dari cinta yang selama ini ia banggakan. 14 Februari adalah momen yang tak ia lupakan sepanjang hidupnya. Momen dimana segala bujuk dan rayu tak mampu ia tepis. Atas nama cinta dan kebusukan selubung manis Valentin ia rela korbankan hal yang mestinya ia jaga kepada Erwin. Jargon Hari kasih sayang yang berubah menjadi hari kelam dan hari yang paling busuk dan nista. ”Damned day...”. Ia teringat nasehat guru agama sekolahnya akan jebakan dan dalih hari Valentin sebagai hari kasih sayang namun ternyata sebagai hari maksiyat dan perzinahan dunia. Hari yang hanya diisi para pasangan maksiyat dengan kemurkaan dan laknat Tuhan. Betulkah jargon kasih sayang bila ternyata pelampiasannya malah membuat hancur dan nestapa kehidupan, membuat marah Tuhan. Oh... Indah menggigit bibirnya mengingat itu. Nasi telah menjadi bubur. 

Sekali lagi Indah menghubungi Erwin yang anak kuliahan itu. Tujuannya jelas meminta tanggung jawab. Sayang, HP Erwin off. WA juga diblokir. Indah kian kalut. Ia terdampar di kamarnya dengan bongkah perasaan tak menentu. Ia lihat cermin besar yang tergantung di tembok, ia lihat segala kecantikan yang ada dalam wajahnya. Entah, apa yang ia banggakan dengan raut wajahnya yang  menawan berubah menjadi benci. Ingin rasanya wajah itu berubah buram agar tak ada lakon seperti itu. Andaikan wajahnya tak seindah itu, mungkin tak akan ada kumbang yang membuatnya seperti itu. Tak akan ada kumbang yang mendekatinya. Ah... ternyata tak selamanya yang indah membawa indah.

 

TAG