Belajar dari Istanbul: Harmoni Kota, Manusia, dan Alam (Bagian Terakhir)
By Nurhikmah | 04 September 2025 12:18:05 | 25 | 0
Fenomena tata kota yang tertata rapi di Istanbul memberikan refleksi mendalam bagi Indonesia. Di banyak kota besar, pejalan kaki seringkali masih dianggap sebagai pengguna jalan kelas dua. Trotoar yang sempit, rusak, atau terhalang parkir kendaraan membuat masyarakat enggan berjalan kaki. Ruang terbuka hijau pun masih terbatas, sehingga warga kurang memiliki akses ke tempat publik yang nyaman. Kehidupan hewan liar di kota sering dianggap masalah, bukan bagian dari ekosistem yang bisa dijaga bersama.
Namun, bukan berarti kondisi tersebut tidak bisa berubah. Justru, pengalaman Istanbul dapat menjadi inspirasi bagi Indonesia untuk berbenah. Dengan semangat gotong royong dan kreativitas, kota-kota di Indonesia berpotensi menghadirkan kota yang ramah pejalan kaki, penuh ruang hijau, serta harmonis dengan alam. Program revitalisasi taman, pembangunan pedestrian yang layak, dan kampanye kepedulian terhadap hewan kota bisa menjadi langkah awal.
Optimisme tetap terjaga, karena Indonesia kaya akan sumber daya manusia yang inovatif serta memiliki semangat kolektif yang kuat. Jika Istanbul bisa menata kota yang indah, ramah, dan hidup berdampingan dengan alam, maka Indonesia pun memiliki peluang besar untuk menciptakan kota-kota yang lebih manusiawi dan membanggakan.
Popular News
-
By Opini Ummah 11 September 2025 08:26:40
Peringatan Ulang Tahun ke-78 Dr. dr. H. Sugiharta Tandya, Teladan Sejati dalam Pengabdian Masyarakat dan Pendidikan
-
By Nurhikmah 04 September 2025 12:18:05
Belajar dari Istanbul: Harmoni Kota, Manusia, dan Alam (Bagian Terakhir)
Latest News
-
By Opini Ummah 11 September 2025 08:26:40
Peringatan Ulang Tahun ke-78 Dr. dr. H. Sugiharta Tandya, Teladan Sejati dalam Pengabdian Masyarakat dan Pendidikan
-
By Nurhikmah 04 September 2025 12:18:05
Belajar dari Istanbul: Harmoni Kota, Manusia, dan Alam (Bagian Terakhir)