Wajah Menghadap Ka’bah, Hati Fokus Kepada Allah (Bagian 1)
By Opini Ummah | 29 September 2025 14:14:38 | 11 | 0Banyak hadis yang menurukan fadhilah (keutamaan) adzan, diantaranya yang diriwayatkan oleh al-Tirmidzi bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Di hari kiamat kelak ada tiga kelompok ummat berada di atas bukit Kasturi hitam, mereka tidak terganggu kedahsyatan hisab dan tidak dikejutkan keadaan mahsyar hingga segala perhitungan manusia diselesaikan, yaitu orang yang membaca Al-Qur’an dengan ikhlas, lalu menjadi imam shalat dan disenangi makmumnya; orang yang adzan di masjid memanggil ummat mengabdi kepada Allah dengan ikhlas; dan orang yang diuji Tuhan dengan rezeki, tetapi tidak melalaikannya dari beramal untuk akhirat.
Dalam riwayat lain disebutkan: “Apabila engkau sedang mengurus kambing atau ditengah padang, kumandangkanlah azan untuk shalat dan keraskanlah seruanmu. Sesungguhnya jin, manusia, dan apapun yang mendengar suaru muazin akan menjadi saksi baginya di hari kiamat.” (HR. Bukhari)
Dalam hais lain Nabi SAW besabda: Apabila diserukan (adzan) untuk shalat, syetan berlarian sambil terkentuk-kentut hingga ia tidak mendengar adzan lagi. Usai adzan dikumandangkan, ia datang kembali. Namun ia pergi lagi ketika iqamah dikumandangkan. Usai iqamah, ia datang lagi. Kemudian ia membisikkan ke dalam hati seseorang, “Ingatlah ini, ingatlah itu…” (ia mengingatkan) apa yang tak teringat sehingga seseorang tidak ingat lagi berapa (rakaat) ia telah shalat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dua hadis pertama menjelaskan pahala yang diberikan Allah kepada orang yang menyerukan adzan. Hadis ketiga menjelaskan pengaruh adzan terhadap syetan yang senantiasa ingin menggoda manusia. Ternyata, adzan dapat menghalau syetan.
Menghadap Kiblat
Secara harfiah, kiblat (qiblah) berarti arah atau pusat pandangan. Kata kiblat dalam peristilahan agama Islam bermakna arah yang dihadapi oleh muslim dalam shalat, yakni Ka’bah di Makkah. Para fuqaha sepakat bahwa menghadap kiblat dalam shalat merupakan syarat sah shalat. Namun, mereka berbeda pendapat, apakah yang wajib dihadapi itu ‘ayn (zat) Ka’bah atau cukup hanya dengan menghadap kea rah (jihat) Ka’bah. Mazhab Hanafi berpendapat, orang yang dekat dengan Ka’bah wajib menghadap ke Ka’bah , tetapi bagi yang jauh cukup menghadap ke arah Ka’bah. Mazhab Syafi’i berpendapat, baik dekat maupun jauh dari Ka’bah, mushalli wajib menghadap kepada zat Ka’bah, hanya saja bagi yang jauh cukup dengan berniat menghadap zat Ka’bah, kendati demikian dalam kenyataannya ia menghadap ke arah Ka’bah.
Karena kaum muslim mendirikan shalat mengarah ke Ka’bah, timbul kesan bahwa mereka “menyembah” Ka’bah atau Batu Hitam (Hajar Aswad) yang ada di atas sana. Perlu dipahami perbedaan antara Zat Yang Disembah dan arah dalam menyembah. Kaum muslimin bukan menyembah Ka’bah, tetapi menyembah Allah. Ka’bah adalah arah kaum muslim dalam shalat, yang ditetapkan langsung oleh Allah. Jadi, Ka’bah bukanlah yang disembah, melainkan hanya sebagai arah untuk menghadapkan sembah.
Muncul lagi pertanyaan: apa perlunya arah dalam menyembah Allah? Bukanlah Allah tidak dapat ditunjuk kepada arah tertentu?
Manusia terdiri atas jasad dan ruh. Jasad terdiri atas materi, yang tidak terbebas dari batasan ruang- waktu. Ruh bersifat immateri, yang terbebas dari batasan ruang-waktu. Ibadah adalah pengabdian jasad dan ruh. Karena jasad tidak terbebas dari batasan ruang-waktu, ibadah jasad pun tidak lepas dari arah tertentu. Jika jasad dibiarkan bebas memilih arah ibadanya, pasti akan terjadi perlawanan arah pengabdian antara seorang muslim dam muslim lainnya. Pada gilirannya, perbedaan itu akan berdampak buruk pada aspek teologis dan ritual. Karena itulah dengan kasih sayang dan kebijaksaan-Nya, sejak dahulu Allah telah menentukan arah ibadah bagi manusia, dan arah pertama yang ditetapkan-Nya adalah Ka’bah di Makkah, yang telah ada sejak zaman Adam AS dan dibangun kembali dalam bentuk yang lebih megah dan anggun oleh Ibrahim AS bersama putranya Ismail AS.
Kesatuan arah dalam ibadah mengilhami tauhid, bahwa hanya ada satu Tuhan yang disembah, yakni Allah. Ka’bah sebagai satu-satunya kiblat ibadah kaum muslim mengingatkan kita akan garis tauhid Ibrahim AS yang memulai perjuangan menegakkan tauhid dari sekitar Ka’bah. Perjuangan itu diteruskan oleh Nabi Muhammad SAW yang telah membersihkan Ka’bah dari ratusan berhala sesembahan kaum musyrik Makkah. Perjuangan tauhid yang dimulai dari Ka’bah itu mengilhami ummat Islam untuk senantiasa memelihara dan menegakkan tauhid sehingga mereka benar-benar menjadi ummat tauhid (ummah al-tawhid) yang mampu menjaga kesatuan (tawhid al-ummah).
Popular News
-
By Opini Ummah 29 September 2025 14:15:41
Wajah Menghadap Ka’bah, Hati Fokus Kepada Allah (Bagian 2)
-
By Melissa Kumalasari Djiono 24 September 2025 08:54:14
Super Typhoon Ragasa: southern China braces for full force with storm due to cross coast
-
By Opini Ummah 29 September 2025 14:14:38
Wajah Menghadap Ka’bah, Hati Fokus Kepada Allah (Bagian 1)
-
By Melissa Kumalasari Djiono 19 September 2025 08:23:10
Amphibious SeaDart: High-speed drone can hover, fly and dive
-
By Irtiqo Malang 19 September 2025 10:07:22
Raih Prestasi Gemilang, Elsya, Siswi MA Al Irtiqo Malang Siap Melaju ke Tingkat Provinsi!
Latest News
-
By Opini Ummah 29 September 2025 14:15:41
Wajah Menghadap Ka’bah, Hati Fokus Kepada Allah (Bagian 2)
-
By Melissa Kumalasari Djiono 24 September 2025 08:54:14
Super Typhoon Ragasa: southern China braces for full force with storm due to cross coast
-
By Opini Ummah 29 September 2025 14:14:38
Wajah Menghadap Ka’bah, Hati Fokus Kepada Allah (Bagian 1)
-
By Melissa Kumalasari Djiono 19 September 2025 08:23:10
Amphibious SeaDart: High-speed drone can hover, fly and dive
-
By Irtiqo Malang 19 September 2025 10:07:22
Raih Prestasi Gemilang, Elsya, Siswi MA Al Irtiqo Malang Siap Melaju ke Tingkat Provinsi!