Berlidah Tapi Tak Berhati

By | 16 March 2023 12:05:16 | 433 | 0
mediaummat.news
mediaummat.news

Sebagaimana kita ketahui bahwa hati manusia itu bermacam-macam dan begitu pula wataknya. Ada yang hatinya baik dan bersih ada pula yang hatinya kotor dan jahat. Ada pula yang hatinya sehat dan ada pula yang hatinya berpenyakit. Bahkan ada juga manusia yang tidak punya hati atau mati hatinya

Dalam pandangan sulthanul Auliya’ Syekh Abdul Qodir Jailani, manusia dibagi menjadi empat kategori, yaitu :

Pertama, golongan manusia yang tidak punya hati dan lidah. Mereka mayoritas masyarakat yang tidak peduli tentang kebenaran dan keutamaan, hanya tunduk pada indra fisik saja. Mereka adalah manusia bodoh dan hina, tiada kebaikan dalam diri mereka. Mereka bagaikan sekam yang tak berbobot, jika Allah SWT tidak mengasihi mereka dan membimbing hati mereka kepada keimanan kepada-Nya. Waspadalah jangan sampai seperti mereka, inilah macam manusia sengsara yang dimurkai Allah SWT dan nerakalah tempat mereka berada.

Kedua, berlidah tapi tak berhati. Mereka berbicara bijak, tapi tak berbuat bijak. Mereka menyeru orang kepada Allah, tapi mereka sendiri jauh dari-Nya. Mereka jijik terhadap noda orang lain, tapi mereka sendiri tenggelam dalam noda. Mereka menunjukkan kepada orang lain keshalehan mereka, tapi mereka sendiri berbuat dosa besar terhadap Allah. Bila sendirian, mereka bagai serigala berbusana. Inilah manusia yang tentangnya Nabi memperingatkan:“Hal yang paling mesti ditakuti, yang aku takuti, oleh pengikutpengikutku, yaitu orang berilmu yang jahat.” Kita berlindung kepada Allah dari orang semacam itu. Maka dari itu, menjauhlah selalu dari orang seperti itu, agar kau tak terseret oleh manisnya lidahnya, yang kemudian api dosanya akan membakarmu, dan kebusukan ruhani serta hatinya akan membinasakanmu"

Ketiga, berhati tapi tak berlidah, dan beriman. Allah SWT telah memberinya dari makhluk-Nya, menganugerahinya pengetahuan tentang noda-noda dirinya sendiri, mencerahkan hatinya dan membuatnya sadar akan mudharatnya berbaur dengan manusia, akan kekejian berbicara dan meyakini bahwa keselamatan ada dalam “diam”.  

Sebagaimana sabda Nabi SAW: “Barangsiapa senantiasa diam, maka ia memperoleh keselamatan.” “Sesungguhnya pengabdian kepada Allah terdiri atas sepuluh bagian, yang sembilan bagian ialah ke-diam-an.”

Maka, orang ini adalah wali Allah dalam hal rahasia-Nya, terlindungi, memiliki keselamatan dan banyak pengetahuan, terahmati dan segala yang baik ada padanya. Nah, ingatlah, bahwa kita mesti senantiasa bersama dengan orang semacam ini, layanilah ia, cintailah ia dengan memenuhi kebutuhan yang dirasakannya, dan berilah ia hal-hal yang akan menyenangkannya. Bila kita melakukan yang demikian ini, maka Allah akan mencintai kita, memilih kita dan memasukkan kita ke dalam kelompok sahabat dan hamba-hamba shaleh-Nya disertai rahmat-Nya.

Keempat, golongan yang memiliki hati dan juga lidah. Mereka adalah orang yang mendapatkan pengetahuan sejati, dilengkapi dengan bimbingan dari Allah kemudian menjadi penyambung kenabian. Mereka adalah kelompok tertinggi setelah kelompok para nabi. Orang semacam itu memiliki pengetahuan tentang Allah dan tanda-Nya. Hatinya menjadi penyimpan pengetahuan yang langka tentang-Nya, dan Dia menganugerahkan kepadanya rahasia-rahasia yang disembunyikan-Nya dari yang lain. Ia memilihnya, mendekatkannya kepada-Nya Sendiri, membimbingnya, memperluas hatinya agar bisa menerima rahasia-rahasia dan pengetahuan-pengetahuan ini, dan menjadikannya seorang pekerja dijalan-Nya, penyeru hamba-hamba-Nya kepada jalan kebajikan, pengingat akan siksaan perbuatan-perbuatan keji, dan hujjatullah di tengah-tengah mereka, pemandu dan yang terbimbing, perantara, dan yang perantaraannya diterima, seorang shiddiq dan saksi kebenaran, wakil para nabi dan utusan Allah, yang bagi mereka limpahan rahmat Allah. Maka, orang ini menjadi puncak ummat manusia. Tiada maqam di atas ini, kecuali maqam para nabi. Adalah kewajiban kita untuk berhati-hati, agar kita tidak memusuhi orang semacam itu, tidak menjauhinya dan tidak melecehkan ucapan-ucapannya. Sesungguhnya keselamatan terletak pada ucapan dan kebersamaan dengan orang itu. Sedang kebinasaan dan kesesatan terletak pada selainnya; kecuali orang yang dikaruniai oleh Allah daya dan pertolongan yang membawa kepada kebenaran dan kasih sayang. Semoga Allah membimbing kita kepada yang dicintainya di dunia ini dan di akhirat!

TAG