TIGA TINGKATAN KEYAKINAN

By Admin | 17 December 2025 12:07:11 | 4 | 0
ilustrasi oleh media ummat
ilustrasi oleh media ummat

Dalam kehidupan ini kita wajib memiliki keyakinan sebagai wujud keimanan kita. Namun, keyakinan masing-masing orang tentu berbeda-beda. Keyakinan itu sendiri ada tiga tingkatan. Pertama, ilmul yaqin. Kedua, ainul yaqin. Ketiga, haqqul yaqin.

Ilmul yaqin yaitu keyakinan yang didasarkan pada ilmu pengetahuan atau informasi yang diterima. Kekuatan keyakinan dalam tingkatan ilmul yaqin juga dipengaruhi dengan sumber informasi atau yang memberikan informasi tersebut. Semakin dipercaya sumbernya maka semakin kuat ilmul yaqinnya. Tahapan kedua adalah ainul yaqin. Keyakinan yang didasarkan pada penglihatan langsung informasi yang sebelumnya telah diterima. Keyakinannya semakin meningkat. Dan terakhir adalah haqqul yaqin. Keyakinan yang sudah benar-benar terbukti, dengan merasakan atau mengalami apa yang selama ini hanya diketahui atau dilihat saja.

Contohnya, ada orang yang mengabarkan bahwa ia memiliki madu yang sangat enak dan berkhasiat. Kalau orang yang menyampaikan informasi itu diketahui sebagai orang yang terbiasa jujur, nggak pernah bohong, maka orang itu akan percaya atau yakin. Meskipun tingkatannya baru ilmul yakin. Keyakinan berdasarkan informasi yang dapat dipercaya.

Kalau orang itu sudah diperlihatkan madu tersebut dan ia benar-benar melihatnya dengan mata kepalanya maka keyakinannya telah meningkat menjadi ainul yaqin. Keyakinan karena menyaksikan langsung, bukan lagi katanya. Lalu, ketika ia sudah mencicipi madu tersebut dan ia merasakan bahwa madu itu betul-betul enak dan berkhasiat, maka keyakinannya telah meningkat lagi menjadi haqqup yakin. Ia sudah benar-benar yakin dan membuktikan manis dan enaknya madu tersebut.

Contoh lain tentang keyakinan adalah seperti halnya keyakinan kita tentang ka'bah. Kita harus semua meyakini adanya ka'bah. Keyakinan kita bertingkat-tingkat. Pertama ilmul yaqin. Kita meyakini adanya ka'bah berdasarkan informasi dari Al-Qur'an dan hadits. Atau bisa juga dari cerita orang-orang yang telah melihatnya saat mereka melakukan ibadah haji atau umrah. Tapi ini baru tahap ilmul yaqin. Keyakinannya akan meningkat manakala kita sudah berangkat ke tanah suci, lalu masuk masjidil haram dan kita melihat langsung ka'bah di hadapan kita. Ini namanya ainul yakin. Selanjutnya ketika kita sudah mendekat ke ka'bah, lalu thowaf mengelilinginya tujuh kali bahkan kita menyentuhnya, kita sudah meningkat pada haqqul yaqin. Ka'bah benar-benar ada dan kita merasakannya.

Demikian pula dengan keyakinan kita terhadap kehidupan akhirat. Terhadap adanya surga dan mereka. Adanya pahala dan siksa. Kita sudah diberi informasi atau ilmu, baik dalam Al Qur'an maupun hadits-hadits Rasulullah SAW tentang adanya hari kahirat, surga dan neraka serta gambarannya. Maka kita harus meyakini dengan keyakinan yang kuat. Meskipun baru pada tahap ilmul yaqin. Karena yang menyampaikan berita itu adalah Al-Qur'an, Wahyu Allah yang pasti benarnya. Juga yang menyampaikan itu adalah Rasulullah SAW, manusia yang bergelar Al amin, orang yang dapat dipercaya.

Tingkat keyakinan atau keimanan manusia terhadap Allah, hari akhir dan segala peristiwanya berbeda-beda kualitasnya. Ada yang yakin 100%, tidak ada lagi keraguan. Bahkan keyakinannya sampai pada tahap haqqul yaqin. Mata hati mereka seperti sudah melihat Allah, melihat kehidupan akhirat. Itulah tingkatkan para nabi dan para wali. Ada tingkatan yang hanya sampai ainul yaqin. Seakan-akan melihat perkara-perkara yang ghoib. Seakan-akan telah melihat surga dan neraka. Namun, ada pula yang tingkatannya masih pada ilmul yaqin. Itupun kualitasnya berbeda-beda. Ada yang keyakinannya hanya 80%, 70%, 50%,30% dan seterusnya. Bahkan ada yang tidak sampai 5%.

Dalam Al Qur'an disebutkan, "Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS. Al Hujurat: 14)

Tingkat keyakin seseorang akan berpengaruh pada kehidupan dan ibadahnya. Orang yang keyakinannya sampai pada tingkat tertinggi, Ibadahnya menjadi luar biasa. Sebaliknya mereka yang keyakinannya lemah, ibadahpun malas. Hidupnya lebih fokus untuk mencari kesenangan di dunia yang sementara. (mu/frz)

TAG