Istiqomah, Mujahadah, Mudawamah

By | 05 April 2023 11:34:25 | 396 | 0
oleh taboid media ummat
oleh taboid media ummat

Bila ada hajat, atau masalah, sebaik-baik penolong adalah Allah. Di antara obat termurah adalah doa. Tentu doa yang dikawal dengan kesungguhan ibadah lainnya. Saya mmperkenalkn istilah riyadhah 40 hari. Yang  tdk ditemukan dari diri kita adalah kesungguhan, keseriusan, kesinambungan amal (istiqomah, mujahadah, mudawamah). Angka bilangan riyadhah 40 hari sekali lagi menunjukkan target  kedisiplinan dan waktu yang cukup. Isinya riyadhah, standar-standar saja. Nggak ada yang aneh-aneh. Dhuha 8 rokaat, jamaah di masjid plus qobliyah ba’diyah, tahajjud dan witir. Baca shalawat 10 s/d 100 x atau lebih banyak dari ini, istighfar 3x sampai 70x atau lebih banyak dari ini. Baca Al-Qur’an 1 hari minimal 1 halaman. Cuma, di semua proses ibadah yang dilewati, diselipkan do’a khusus selama riyadhah. Apa yang menjadi hajat utamanya. 

Semua orang yang bermasalah dan punya hajat, saya sangat anjurkan masuk gerbang riyadhah ini. Untuk mendisiplinkan diri, pakai absen untuk diri sendiri. Dhuha apa nggak. Kalau dhuha, berapa rokaat. Berjamaah apa nggak? Ketinggalan takbir pertama apa nggak. Qobliyah ba’diyahnya bagaimana?

Cek juga bacaan Qur’annya. Satu dua hari ini baca Qur’an apa nggak. Mestinya. Cek juga absen shalawat, absen istighfar  dan absen doanya. Ini beneran, kita ini suka nggak serius ibadah dan do’a.  Sudah tahu punya hajat,   punya masalah, eh nggak datang serius sama Yang Menggenggam Segala Urusan dan Masalah.  

Saya tuh, suka nanya sama yang datang minta dengan segala macam hajatnya. Keturunan. Umpama mereka datang ke saya, Ashar. Saya tanya, tadi shalat Dzuhur? Shalat katanya. Terus saya tanya lagi, doa nggak supaya punya anak? Jawabannya tdk mengherankan jika belom memiliki anak. Jawabannya, engga. Ditanya lagi, shubuh gimana? Dhuha ga tadi pagi? Ga do’a, dan nggak shubuh. Do’anya standar2 aja. Nggak do’a punya anak. Yah, walaupun ada yang memang ujiannya di situ, alias nggak punya anak, namun bolehlah dicoba cara ini. Cara   riyadhah dan do’a 40 hari, seolah mengikat kita untuk serius, sungguh-sungguh, dan terus-terusan mendekatkan diri kitanya kepada Allah. Terapkan juga di urusan lain. Urusan dunia sekalipun, jika dibawa ke Allah,  akan jadi ibadah. Nggak usah khawatir dengan omongan orang. Koq ibadah ingin dunia. Kita jawab dengan senyuman, kami ingin dunia, ya mintanya sama yang punya dunia. Meski nggak dapat dunianya, ya tetap udah jadi ibadah. Kalau orang lain ingin saja, nggak jadi ibadah.  

Jangan lupa. Minta ampunan Allah juga yang serius. Minta husnul khatimahnya yang serius. Minta selamat dunia akhiratnya yang serius. Minta masuk surga, dan ditutup neraka, juga yang serius. Maka, permintaan-permintaan yang seperti gini, juga permintaan sehat, panjang umur yang manfaat, anak keturunan yang saleh salehah, adalah permintaan wajib, yang karenanya nggak boleh ditinggal, saat kita minta dunianya Allah. Saudara yang punya hutang, belum berjodoh, ingin pergi haji, ingin punya pekerjaan tetap, ingin punya usaha, ya begini juga. Saya mengingatkan diri saya, bila belum berhasil, ya terusin lagi 40 hari ke 2, ke 3, ke 4, ke 5, sampai seterusnya ada rasa nyaman di hati saudara. Siapa tau Allah tidak berikan dunia-Nya, tapi Allah berikan diri-Nya. Ini kan malahan luar biasa. Apa sih yang lebih hebat dari ketenangan, dan kecukupan? Apa juga yang lebih hebat manakala kita menemukan diri kita kemudian istiqomah shalat shubuh di masjid, berjamaah, 40 hari I, 40 hari ke-II, 40 hari ke-III, dan seterusnya? Qur’an jadi berulang-ulang khatam? Dan tidak ada  yang sungguh-sungguh datang ke Allah, kecuali Allah kasih betul dunia-Nya. Yakni manakala Allah melihat diri kita udah nggak bahaya dikasih dunia. Nggak silau, nggak sombong, dan nggak berubah. Terus, buat yang udah dapat, maka jangan tinggalkan kebiasaan baik ini. Teruskan, sampai kemudian sudah nggak pake riyadhah lagi, nggak pake absen-absenan lagi. Dari anak kecil, jadi yang dewasa. Di atas semua itu, sempurnakanlah perjalanan ini semua, dengan sedekah. Jangan lupa juga do’akan orang tua, saudara, keluarga, anak keturunan, guru-guru, kerabat, dan segenap kaum muslimin muslimat. Jangan doa buat diri sendiri saja.

Jika ada yang mengatakan ini bid’ah, he he, ya bid’ah banget. Tapi katakan, ini bid’ah hasanah. Bid’ah yang baik. Nggak mengada-ada koq. Ini buat tujuan yang baik, untuk perkara yang baik. Dan yang terkandung di dalamnya tidak ada yang baru, kecuali upaya mendisiplinkan belaka. Lagipula, kapan lagi mempersembahkan 40 hari trbaik dalam seumur hidup saudara buat Allah. Kitanya aja yang kelamaan ga disiplin dhuha, tahajjud, ke masjid, buka Qur’an, dan lain-lain. (*).

TAG