Jangan Seperti Hewan

By Admin Mediaummat | 04 July 2023 11:12:42 | 146 | 0
mediaummat.news
mediaummat.news

Jangan Seperti Hewan   

Manusia cenderung bersifat egois, mementingkan diri sendiri. Coba saja, di perempatan jalan yang tidak dilengkapi trafficlight masing-masing kendaraan ingin maju duluan tidak ada yang mau ngalah. Di tempat pembelian karcis, orang berebut, ingin mendapatkan duluan, meski harus menyikut orang lain. Bahkan, dalam ibadah haji pun orang terjebak dalam egonya. Demi mencium hajar Aswad orang rela menyerobot bahkan menjatuhkan orang lain.

Tiga Tingkat Manusia

Dalam istilah agama, egoisme disebut dengan istilah hawa nafsu. Oleh karena itu, agama mengajarkan manusia agar bisa mengendalikan hawa nafsunya. Kemampuan manusia dalam perjuangan mengendalikan hawa nafsu ini tentu bertingkat-tingkat, tergantung pada kekuatan imannya.

Menurut Imam Ghazali manusia dalam melawan hawa nafsu ada tiga macam.

Pertama, orang yang dikuasai hawa nafsu. Dia tidak bisa melawannya sama sekali, apalagi mengalahkannya. Bahkan hawa nafsu sudah dijadkan “tuhan”. Semua yang diingini nafsu dia turuti.  Allah SWT telah menggambarkan dalam firman-Nya:  ''Maka, pernahkah kamu melihat orang yang telah menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya.'' (QS. Al-Jatsiyah: 23).

Kedua, orang yang kadang  bisa mengendalikan nafsu, tapi kadang-kadang juga dikuasai oleh nafsu.  Suatu waktu dia menang tapi di lain waktu dia KO.

Ketiga, orang yang sepenuhnya dapat menguasai dan mengendalikan hawa nafsunya. Inilah orang yang mendapat rahmat Allah, sehingga terjaga dan terpelihara dari dosa-dosa dan maksiat. Ini merupakan tingkatan para nabi dan wali-wali Allah.

Mengurbankan Ego

Ummat Islam kembali merayakan Idul Kurban. Kegiatan tahunan ini tentu tidak boleh hanya jadi ritual semata, tapi tidak diambil hikmah dan pelajarannya. Berkurban dengan menyembelih sapi atau kambing bukan sekedar berkurban. Ada makna yang begitu dalam. Berkurban berarti rela dan siap mengurbankan apa  saja yang dimiliki demi mendapat ridho Allah. Kita cotoh Nabi Ibrahim yang rela mengorbankan putra semata wayangnya demi menaati perintah Allah. Dengan berkurban, pada dasarnya kita mengurbankan egoisme kita, mengorbankan cinta kita kepada kesenangan dunia demi cinta Allah yang hakiki.

Yang namanya berkurban tentu harus dibarengi kelapangan dada dan kebesaran hati. Melepas apa yang telah digenggam memang bukan perkara gampang. Tapi itulah jalan lapang menuju  surga. Kebaikan pada umumnya menuntut kerja keras dan pengorbanan, sehingga terkesan menyusahkan. Dan Nabi SAW telah menginformasikan melalui sabda beliau, ''Surga dipagari oleh hal-hal yang tidak disukai, sedangkan neraka diliputi oleh hal-hal yang menyenangkan.''

 

Makna Kurban

Berkurban minimal memiliki dua makna, pertama, makna sosial. Rasulullah SAW menegaskan dalam sebuah haditsnya, “Barang siapa yang memiliki kesempatan rezeki untuk berkurban, kemudian ia tidak melakukannya, maka jangan sekali-kali mendekati tempat salat kami.”

Dengan ini, Nabi ingin mendidik umatnya agar memiliki kepekaan terhadap sesamanya. Dengan berkurban berarti kita telah menumbuhkan solidaritas sosial.

Makna yang kedua, yang dikurbankan adalah sifat-sifat kebinatangan yang ada dalam diri manusia, seperti tamak alias  rakus, ambisi yang tak terkendali, menindas dan menyerang orang lain,  tidak kenal aturan dan tatakrama yang penting gue senang.

Ismail, yang diperintahkan oleh Allah untuk dikurbankan bisa dijadikan simbol kesenangan duniawi.  Siapa yang tidak senang punya anak, apalagi anak semata wayang yang dinanti-nanti puluhan tahun. Artinya, setiap sesuatu yang melemahkan iman kita, yang menghalangi ibadah kita,  yang membuat kita lalai dari Allah, setiap sesuatu yang bisa membutakan mata hati kita, membuat tuli telinga kita, maka itu adalah “ismail-ismail” yang harus dikurbankan. Ismail di zaman sekarang bisa berupa harta kekayaan, pangkat dan jabatan, kedudukan dan kehormatan, serta popularitas. Berapa banyak orang yang lupa agama, lupa ibadah dan lupa kepada Allah SWT karena mengejar “ismail-ismail” tersebut.

  

 

TAG